Rabu, 21 September 2011

Jadi Ketua Itu Berat

Sejak gue SD, gue selalu dipilih menjadi ketua kelas. Entahlah atas dasar apa, apakah karena rambut gue yang belah pinggir n licin kaya kaca sehingga mirip pejabat DPR. Kerjaan ini lebih sering mendapat cacian daripada pujian, tiap ada masalah pasti gue yang jadi kambing hitam duluan. Semisal teman gue nangis, atau ada yang telat masuk, bahkan waktu kucing piaraan penjaga sekolah gue hamil! Berhubung gue orangnya tabah, gue terima aja. Gue pikir, mungkin suatu saat gue bakalan mengambinghitamkan orang lain. (Gila, hebat banget pikiran gue waktu SD.)

Gue tahu jadi ketua itu berat, sampai saat ini gue punya 3+3x3:3-3 asumsi mengapa seseorang menjadi ketua:
1. Dia terpaksa menjadi ketua karena berwajah mudah ditindas, kutu buku, lemah secara fisik bagian atas, n telah digerayangi seisi forum suatu organisasi. Dalam kisah paragraf sebelumnya, suatu kelas. Ini gue banget.
2. Dia terlalu bodoh untuk berpikir bahwa menjadi ketua pada organisasi non-profit akan membuatnya ngiris-ngiris nadi pakai kabel telepon.
3. Kalau menjadi ketua pada organisasi yang menguntungkan, pasti berebut. Manusia mana yang gak mau kaya?

Para peneliti katanya menemukan fakta bahwa seseorang yang memimpin waktu kecil akan menjadi pemimpin saat tua, Insya Allah amanah. Dukung gue nanti jadi presiden yah!

SD memang waktunya anak suka bermain, tapi semenjak SMP adalah saatnya mencari eksistensi dan harga diri. Harga diri gue yang semakin naik membuat gue pengen menjadi ketua lagi. Nah lo, kayanya jiwa gue ini udah demen jadi ketua. Entah ini pengaruh jadi ketua kelas 6 tahun, efek nama belakang gue yang berarti 'pemimpin', atau kebiasaan gue ganti baju tiap pulang sekolah. Gue juga belum ngerti.

Jadilah gue ikut pemilihan ketua OSIS. Eh, gue kalah man! Yang menang waktu itu anak kelas 7, n gue kelas 8. Kayanya gue kalah populer, mungkin waktu itu gaya rambut belah pinggir udah gak menarik. Makanya sekarang rambut gue jabrik.

Antara sial n untung, si anak kelas 7 yang beruntung tadi mengundurkan diri. Mungkin dia takut dengan gue atau dia sudah merencanakan semua ini dengan matang. Setelah gue menjadi ketua OSIS dia akan pura-pura kena santet n gue masuk penjara.

Jadilah gue ketua OSIS yang sebenarnya kalah secara terhina. Gue senang banget, bokap nyokap juga. Gue dibelikan N-Gage QD. Hahaha.

Gue merasa eksis, merasa hebat, gue siap menjalankan tugas. Nyatanya menjadi ketua OSIS di SMP gue ternyata hanya ada c tugas:
a. Kalau ada acara, gue ngasih sambutan.
b. Kalau ada undangan, gue menghadiri.
c. Gue mesti mempertahankan ketampanan gue n ganti gaya rambut menjadi jabrik biar gak ditindas.

Kenyataannya benar, setelah gue menjadi ketua OSIS gue jadi berani ke kantin n pipis di WC sekolah.

Semacam makan gaji buta karena saat masuk SMA menjadi anggota saja sudah membuat gue kehilangan hari libur.

Setelah menjadi wakil ketua MPK, eh malah jadi santai. Hebat kan?

Sekarang percaya dong kalau gue bilang jadi ketua itu berat.

*Gue waktu baru jadi ketua OSIS SMP, baru potong rambut n masih fresh from oven*
*Gue sekarang, wajah yang sudah tercemar dosa remaja ababil*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar