Minggu, 31 Agustus 2014

Bensin, Pemerintah dan Kenangan

Sebagai seorang abdi negara yang alhamdulillah dapat penempatan deket dengan kota asal, tiap seminggu sekali menunggangi kendaraan kesayangan bolak-balik rumah-kantor udah jadi hal yang lumrah. Banyak yang bilang "mending tiap hari aja pulang pergi Martapura-Banjarmasin bro, cuma 40 km", gue jawab "capek". Masuk 07.30 n pulang 17.00 belum ditambah kerjaan di bagian sekarang yang lumayan banyak, bikin gue gak sanggup buat tiap hari PP. Plis, gue bukan anak kuliahan. :3

Jelas, seminggu sekali mesti ngisi bensin. Untungnya Revo lumayan irit, dengan kapasitas 100 cc n sialnya gasnya ditarik pol mentok di 100 km/jam. Mungkin itu untung juga ya, jadi gue gak ngebut-ngebut banget. Hmm.

Alasan "Maybe"

Bersepeda lewati
Jalan yang biasanya
Mengayuh sepeda sambil berdiri
Angin lembut di September

Jika selama liburan
Tidak bertemu kamu
Aku pun semakin jadi terpikir tentang kamu

Walaupun aku berpikir
Hanyalah teman biasa
Disaat ini juga denganmu
Denganmu
Ingin jumpa..

"Maybe", "Maybe", mungkin aku suka kepadamu
Pada langit yang biru
Tak ada awan sedikit pun

"Maybe", "Maybe", mungkin aku suka kepadamu
Meski kutahu bahwa itu adalah cinta
Alasanku "Maybe"..

Jendela di kelas
Tirai bergoyang
Dari samping kau yang semester dua
Terlihat lebih dewasa

Liburan seperti
Apa yang kau lalui?
Cara bicaranya sepertinya akan jadi canggung

Kau sedikit memotong rambut
Hampir tak ada bedanya
Diriku dari jauh padamu
Padamu
Ku memandang..

Maybe, maybe, tak berani untuk hal itu
Walau mirip dengan probably
Tetapi hal yang lebih pasti

Maybe, maybe, tak berani untuk hal itu
Tetap seperti ini, tak berbalas pun tak apa
Alasanku "Maybe"..

***
Walau cinta terasa sedih, tak bisa berbuat apapun
Walau cinta terasa sedih, aku pun merasa sakit

Kusuka, kusuka, kusuka
Kepada dirimu
Aah,
Memang aku suka!

Minggu, 17 Agustus 2014

Biasa Karena Terbiasa

Sejak awal di kantor ini, tepatnya ketika magang. Mei 2013. Gue bertugas di seksi Kepatuhan Internal (KI). Kepala Seksi (Kasi) gue waktu itu seorang yang lumayan alim. Sekarang udah pindah. Pak Aziz namanya.

Belum sebulan gue kerja, ketika masuk waktu sholat Dzuhur, rupa-rupanya belum ada yang adzan. Dari beberapa hari sebelumnya emang sering telat sih. Keduluan suara adzan dari mesjid-mesjid sekitar pelabuhan. Sekonyong-konyong Pak Aziz muncul kemudian menyuruh gue untuk adzan. Namanya disuruh atasan, mau gak mau ya harus mau *prinsip gue sih, soalnya gue juga tahu ada beberapa pegawai yang kalau gak mau, di belakang atasannya yang nyuruh dia nyuruh pegawai lain. Yaa, namanya sifat manusia beda-beda lah*

Minggu, 10 Agustus 2014

Nyinyir

Gue senang dinyinyirin orang. Kalau baca di socmed *baca: stalking* n nemu cecunguk-cecunguk yang no mention tapi arahnya ke gue, gue senang *sekaligus mau nampar*. Artinya dia ada perhatian ke kita. Hmm.

Sebenarnya gue gak suka nyinyirin orang. Bagi gue di socmed sekalipun kita harus jujur. Tapi terkadang socmed bersifat publik. Kalau kita labrak, seluruh dunia bakal tahu. Kalau chat dia, kesannya menggurui banget. Jadi gue akhirnya nyinyir, walaupun itu occassionally n mungkin saat gue nyinyir gue lagi labil.

Akhir-akhir ini gue nyinyirin orang-orang yang punya pacar di socmed. Bahagia bener kayanya nyiksa para jomblo dengan pamer kemesraan. Yaa kalau satu dua yang lewat gue masih tahan. Suatu hari ketika jumlahnya begitu banyak, akhirnya gue gak tahan buat nyinyir. Gue bilang yang cerita-cerita kebaikan, umbar kemesraan di socmed, kalau ntar putus itu ngakak-able banget. Ibaratnya dulu bilang "aku gak bisa hidup tanpamu" terus putus. TERUS DIA MATI GAK? GAK KAN?! Itu merupakan hal yang patut ditertawakan.

Eh dasar namanya socmed, gue nyinyir sebagian orang pasti ada yang ngerasa kan? N tepat sekali orang yang gue senggol balas nyinyirin gue! Makan tuh bait! Huahaha. Gue sih bayangin kalau dia putus aja maka gue akan ketawa keras sekali, tapi kalau dia nikah juga gue akan ketawa keras sekali.

"Satu kemesraan sepasang kekasih di socmed adalah satu kepedihan bagi para jomblo + doa biar cepet kelar pacarannya, entah nikah atau putus." Canis Camuju