Minggu, 21 September 2014

Resign PNS, Sebuah Keputusan Terbesar Dalam Hidup

Entah sejak kapan beranda Facebook (FB) sekarang dipenuhi berita dari orang lain. Entah itu teman FB Anda menyukai postingan orang lain, temannya teman FB Anda menandai teman FB Anda yang lain, ataupun sekedar postingan "yang disarankan" (bahkan pernah page majalah Playboy lho, gue gak masalah sih, yang masalah kalau di belakang ada bokap, bisa-bisa gue dikira nge-like itu page :v ).

Beberapa hari yang lalu gue cukup tergelitik dengan banyaknya temen-temen gue yang satu almameter tapi beda jurusan, yang sekarang sedang bersama-sama menjadi "calon" abdi negara. Nge-share berita tentang mereka yang berhenti jadi PNS n sekarang sukses mengembangkan usaha.

Well, gue tertarik n baca artikelnya. Yaa, ceritanya tentang "ketidakcocokan cara pandang" n "bagaimana keluar dari zona nyaman". Oke, dalam hati gue itu sah-sah aja. Hak semua orang. Silahkan.
Yang bikin gue gak sreg itu, sadar gak sadar negara kita ini masih dipenuhi mindset "belum mapan kalau belum jadi pegawai" sehingga mau tak mau banyak orang-orang tua kita yang *memaksa* kita untuk menjadi pegawai.

You know, kalau mayoritas orang-orang Indonesia seperti itu, kebayang dong *bukan kebayang, realitanya* setiap ada lowongan jadi CPNS, yang mendaftar bejibun. N yang diterima mungkin persentasenya di bawah 1%.
Tanpa sadar saat kita memutuskan ikut tes CPNS, kita sudah bersaing dengan banyaknya orang lain yang berkeinginan sama n saat kita terpilih menjadi CPNS kita telah menyingkirkan saingan lain yang juga bertekad akan menjadi CPNS.
Kemudian kita resign, keluar.
Kenapa?
Kenapa gak dari awal aja, gak usah ikut pendaftaran. Mungkin dengan masuknya Anda jadi abdi negara, menggugurkan orang lain yang benar-benar berniat jadi PNS untuk membangun negara ini. Tapi karena Anda masuk, dia gagal. Kemudian Anda keluar. Anda gak merasa jahat?

Yaa, mungkin ada yang merasa "ketidakcocokan cara pandang" dengan menjadi PNS saat bekerja. Tapi, dengan banyaknya sentimen negatif masyarakat, seharusnya Anda sudah berpikir konsekuensi negatif yang Anda terima saat bekerja dalam instansi ini.

Bagi gue, ini bukan masalah "keluar dari zona nyaman", ini lebih kepada "berapa jiwa yang Anda kalahkan, Anda gugurkan, Anda kecewakan, tetapi kemudian Anda memutuskan untuk berhenti".

Think twice.

Rabu, 10 September 2014

The First Theater

Tepat setahun lalu..

Setelah selesai pemberkasan n rapat koordinasi (sebagai tanggung jawab sebagai ketua senat) gue bergegas menuju terminal busway tepat di seberang Kantor Pusat DJBC. Dengan tas penuh berisi map berkas-berkas penting, terselip kertas hasil cetak empat hari yang lalu berisi verifikasi untuk nonton teater "Boku no Taiyou".

Ya, sudah lama gue memimpikan untuk menonton langsung teater JKT48 n akhirnya kesampaian begitu gue dipanggil untuk melakukan pemberkasan di Jakarta. Waktu itu yang terbersit bukannya membuat SKCK atau Surat Keterangan Sehat, adanya malah: "Semoga dapat verifikasi nonton teater!"

Minggu, 31 Agustus 2014

Bensin, Pemerintah dan Kenangan

Sebagai seorang abdi negara yang alhamdulillah dapat penempatan deket dengan kota asal, tiap seminggu sekali menunggangi kendaraan kesayangan bolak-balik rumah-kantor udah jadi hal yang lumrah. Banyak yang bilang "mending tiap hari aja pulang pergi Martapura-Banjarmasin bro, cuma 40 km", gue jawab "capek". Masuk 07.30 n pulang 17.00 belum ditambah kerjaan di bagian sekarang yang lumayan banyak, bikin gue gak sanggup buat tiap hari PP. Plis, gue bukan anak kuliahan. :3

Jelas, seminggu sekali mesti ngisi bensin. Untungnya Revo lumayan irit, dengan kapasitas 100 cc n sialnya gasnya ditarik pol mentok di 100 km/jam. Mungkin itu untung juga ya, jadi gue gak ngebut-ngebut banget. Hmm.

Alasan "Maybe"

Bersepeda lewati
Jalan yang biasanya
Mengayuh sepeda sambil berdiri
Angin lembut di September

Jika selama liburan
Tidak bertemu kamu
Aku pun semakin jadi terpikir tentang kamu

Walaupun aku berpikir
Hanyalah teman biasa
Disaat ini juga denganmu
Denganmu
Ingin jumpa..

"Maybe", "Maybe", mungkin aku suka kepadamu
Pada langit yang biru
Tak ada awan sedikit pun

"Maybe", "Maybe", mungkin aku suka kepadamu
Meski kutahu bahwa itu adalah cinta
Alasanku "Maybe"..

Jendela di kelas
Tirai bergoyang
Dari samping kau yang semester dua
Terlihat lebih dewasa

Liburan seperti
Apa yang kau lalui?
Cara bicaranya sepertinya akan jadi canggung

Kau sedikit memotong rambut
Hampir tak ada bedanya
Diriku dari jauh padamu
Padamu
Ku memandang..

Maybe, maybe, tak berani untuk hal itu
Walau mirip dengan probably
Tetapi hal yang lebih pasti

Maybe, maybe, tak berani untuk hal itu
Tetap seperti ini, tak berbalas pun tak apa
Alasanku "Maybe"..

***
Walau cinta terasa sedih, tak bisa berbuat apapun
Walau cinta terasa sedih, aku pun merasa sakit

Kusuka, kusuka, kusuka
Kepada dirimu
Aah,
Memang aku suka!

Minggu, 17 Agustus 2014

Biasa Karena Terbiasa

Sejak awal di kantor ini, tepatnya ketika magang. Mei 2013. Gue bertugas di seksi Kepatuhan Internal (KI). Kepala Seksi (Kasi) gue waktu itu seorang yang lumayan alim. Sekarang udah pindah. Pak Aziz namanya.

Belum sebulan gue kerja, ketika masuk waktu sholat Dzuhur, rupa-rupanya belum ada yang adzan. Dari beberapa hari sebelumnya emang sering telat sih. Keduluan suara adzan dari mesjid-mesjid sekitar pelabuhan. Sekonyong-konyong Pak Aziz muncul kemudian menyuruh gue untuk adzan. Namanya disuruh atasan, mau gak mau ya harus mau *prinsip gue sih, soalnya gue juga tahu ada beberapa pegawai yang kalau gak mau, di belakang atasannya yang nyuruh dia nyuruh pegawai lain. Yaa, namanya sifat manusia beda-beda lah*

Minggu, 10 Agustus 2014

Nyinyir

Gue senang dinyinyirin orang. Kalau baca di socmed *baca: stalking* n nemu cecunguk-cecunguk yang no mention tapi arahnya ke gue, gue senang *sekaligus mau nampar*. Artinya dia ada perhatian ke kita. Hmm.

Sebenarnya gue gak suka nyinyirin orang. Bagi gue di socmed sekalipun kita harus jujur. Tapi terkadang socmed bersifat publik. Kalau kita labrak, seluruh dunia bakal tahu. Kalau chat dia, kesannya menggurui banget. Jadi gue akhirnya nyinyir, walaupun itu occassionally n mungkin saat gue nyinyir gue lagi labil.

Akhir-akhir ini gue nyinyirin orang-orang yang punya pacar di socmed. Bahagia bener kayanya nyiksa para jomblo dengan pamer kemesraan. Yaa kalau satu dua yang lewat gue masih tahan. Suatu hari ketika jumlahnya begitu banyak, akhirnya gue gak tahan buat nyinyir. Gue bilang yang cerita-cerita kebaikan, umbar kemesraan di socmed, kalau ntar putus itu ngakak-able banget. Ibaratnya dulu bilang "aku gak bisa hidup tanpamu" terus putus. TERUS DIA MATI GAK? GAK KAN?! Itu merupakan hal yang patut ditertawakan.

Eh dasar namanya socmed, gue nyinyir sebagian orang pasti ada yang ngerasa kan? N tepat sekali orang yang gue senggol balas nyinyirin gue! Makan tuh bait! Huahaha. Gue sih bayangin kalau dia putus aja maka gue akan ketawa keras sekali, tapi kalau dia nikah juga gue akan ketawa keras sekali.

"Satu kemesraan sepasang kekasih di socmed adalah satu kepedihan bagi para jomblo + doa biar cepet kelar pacarannya, entah nikah atau putus." Canis Camuju

Minggu, 27 Juli 2014

Inikah Benih Kita?

Hari Jumat kemarin, 25 Juli 2014. Gue n beberapa senior diajak seksi P2 untuk buka bersama di The Lotus Restaurant, hotel Mercure Banjarmasin. Sistemnya all you can eat atau dalam bahasa internasionalnya prasmanan. Makanan disediakan di meja-meja n kita bebas ngambil sampai perut gak bisa diisi lagi. Untungnya gue lihat gak ada yang bawa kresek buat dibungkus dibawa pulang kaya ibu-ibu kampung di acara kawinan.

Jadi gue udah selesai ngambil takjil n berencana ngambil main course *ppfft* yaa, maksudnya nasi beserta sayur-mayur n lauk pauk. Antriannya lumayan panjang. Muka gue emang gak ramah tapi hati gue n perilaku gue sangat lembut sehingga membiarkan beberapa ibu-ibu nyalip gue dengan alasan ngambil piring. Sejauh ini gue fine aja. Mungkin orang dibelakang gue gak fine karena antrian dia jadi lebih lambat. Apa boleh buat sebagai seorang introvert gue hanya bisa diam n menatap tajam. Syukurlah mereka mengerti, tapi si ibu-ibu yang nyalip emang kurang ajar.

Disinilah ironi muncul, di sebelah kanan gue ada ibu-ibu ngebisikin anaknya yang mungkin masih berusia 5 tahun. Mungkin bisikannya pelan, tapi sebagai seorang stalker profesional yang terbiasa menguping pembicaraan gebetan di Twitter, gue bisa mendengar apa yang dibisikkan ibu itu.

"Nak, langsung ke situ aja *nunjuk etalase ayam karih* ambil yang banyak ya."

Si ibu tanpa perasaan bersalah nunjuk ke nampan ayam karih yang bahkan antrian di belakangnya mencapai belasan orang. Tanpa mengajarkan anaknya mengantri saudara-saudara! Si bocah yang lugu tentu saja mau, mungkin dia sering dipukuli di rumahnya, kita tidak tahu. Tapi orang-orang di depannya dengan senang hati (dalam hati sih dongkol, tapi monster kaya apa sih yang mau ngebentak anak kecil?) melewatkan si anak untuk mengambil empat potong ayam karih.

Sungguh, bagaimana generasi bangsa ini ke depannya jika dari kecil, saat masih polos-polosnya kita sudah diajarkan melawan tata krama?
Cerdas dalam intelejensia itu terlalu mainstream, mengapa kita tidak belajar kecerdasan yang beberapa tingkat jauh lebih sulit? Kecerdasan sosial.

Sabtu, 10 Mei 2014

Sampai Dirimu Menjadi Bintang

Di gelap langit malam
ada berapa cahaya berpijar di kejauhan?
Di kain beludru hitam pekat
batu mulia yang dijajarkan
Semua orang juga
hanya dengan melihatnya saja
akan menghela nafas
Dan kemudian akan berhenti berhitung

Sampai dirimu menjadi bintang
milikilah kekuatan 'tuk mengejar mimpi
Kesempatan untuk bersinar pasti akan terlihat
seluas bentangan langit itu
Kamu bisa mencoba
Raihlah masa depan!
Bagaikan pikiran yang, berada di angkasa
Suatu saat terkabul
Hari-hari kau 'kan bersinar

Kilauan sinar cahaya
dari lampu sorot akan menyinari tubuhmu
Sambil bernyanyi juga menari
bergerak berputar di atas stage
dilihat semua orang
Ini adalah angkasa kecil
bagai hujan meteor
yang ada di dalam lensa teleskop bintang

Sampai dirimu menjadi bintang
ku akan melihat langit dan terus percaya
doa ini 'kan berlanjut dan menembus keabadian
Janganlah engkau menghapus api semangat yang membara
Tembus ruang dan waktu!
Bintang paling bersinar, yang dirimu dambakan
akan terlihat dekat

Ku ingin melihatmu bersinar..