Gue udah siap dengan koper paling ringan yang gue punya n bujet seadanya ketika Kingkin datang tepat di pelataran rumah gue. Setelah pamit dengan ortu n ade-ade, gue berangkat menuju rumah Kingkin dulu sebelum ikut mobilnya Kingkin menuju bandara Syamsudin Noor.
Hari ini, gue akan mengawali kenangan yang gak bakal terlupa seumur hidup.
Bokap, nyokap, n adenya Kingkin si Pipit ikut semua dalam mobil yang mengantar kepergian kami ini. Kingkinnya malah ketinggalan? Ya gak lah. Kalau gue yang ketinggalan wajar. Mobil berangkat dengan kecepatan sedang ketika di depan Polresta Banjarbaru sebuah mobil Carry dengan tampang gak berdosa tiba-tiba berbelok tanpa menggunakan righting. TIIIT, nada F# menggema dari dalam mobil, rem dicengkram, CIIT, suasana chaos. Gue terhempas ke depan, syukurlah mobil kami gak mengenai Carry kampret tersebut. Belum bisa menarik nafas lega, dari belakang ternyata ada mobil Kijang yang lebih kampret. Sepertinya supirnya gak profesional sehingga. BRAAK. Penyoklah bagian belakang mobil keluarga Kingkin ini. "BODOOOH!", dari sebelah gue, Pipit adenya Kingkin cuma bisa teriak kata-kata itu. Mobil gak menepi, tapi melanjutkan perjalanan. "Biar saja,", kata bokapnya Kingkin. "Entar urusannya runyam, kalian malah terlambat lagi.", hmm. Beliau memang bijaksana.
Kingkin mendelik ke arah gue, seperti menyiratkan ke gue kalau ini gara-gara gue ikut. Well, sepertinya gue memang membawa sial. Gak menutup kemungkinan kalau pesawat yang membawa kami ke Surabaya tiba-tiba jatuh ke pulau tak berpenghuni n kami semua harus survive dengan keadaan di sana. Keren menurut gue, bukannya sial.
16.01 WSN (Waktu Syamsudin Noor)
Perjalanan lancar sampai Syamsudin Noor. Gue ucapin terimakasih yang mendalam kepada Kingkin n Families. Gue turun n langsung bergabung dengan teman-teman yang udah duluan datang. Mereka semua excited, gue juga. Gue belum pernah ke Bali. Kalu Balitan sering, rumah om gue di sana. Foto-foto yang diambil di bandara ini cukup gaje. Pada awalnya gue ngefoto papan keberangkatan di Syamsudin Noor, eh habis gue selesai ngefoto malah banyak yang ngikutin. Sepertinya kebodohan gue menular atau mereka memang gak ada objek buat difoto.
Koper-koper mereka yang menumpuk juga gue foto. Kali ini gak ada yang niru berhubung gue lakukan dengan diam-diam. Tapi hasilnya malah gelap. Inilah koper-koper anak S.W.A.T. yang mau berangkat ke Bali.
Sebuah koper bertuliskan cukup menarik. "Imam Kalsel". Yudi berkelakar kalau Imam-Imam di Surabaya n Bali akan ketakutan melihat koper ini karena Imam Kalsel, pemimpin seluruh Imam di Kalsel ada disini. Inilah asal mula ejekan "Imam Kalsel" bermula. Siapakah pemilik koper ini? Dialah Firman, yang sering jadi Imam saat shalat n nama bokapnya juga Imam.
Dalam foto ini terungkap 3 pasangan baru yang saat mau berangkat saja sudah saling merayu. Siapa sajakah mereka? Lihat sendiri.
*Dari kiri, Akbar-Galih, Firman-Rizal, Yudi-Arif"
Yeah, lelah menunggu di depan airport, kami merengsek masuk ke dalam. Menunggu di ruang tunggu bandara. Setelah shalat Ashar, kami duduk-duduk di pojokan. Sedangkan anak-anak lain banyak yang ngalor-ngidul kesana-kemari. S.W.A.T. menunggu di pojokan.
Bagi kue! Beberapa kotakan datang n isinya kue yang lumayan mengganjal perut yang lapar. Ada suatu tindakan kurang terpuji yang dilakukan sang Kepala Suku, Yusro. Yaitu mengambil jatah orang lain yang bukan miliknya.
Setelah melihat aksi pencurian ini, pembaca sekalian juga memperhatikan sebuah benda yang gue lingkari dengan spidol merah. Apa itu? Itu bukan penampakan, itu adalah AC (yang sumpah sejuk banget). Di tengah kerumunan orang yang ingin berangkat ke berbagai tujuan, tak tehitung berapa kali gue, Rizal, Demas, Firman, dll yang mondar-mandir di depan AC ini dengan tatapan penuh kesejukan. Kami memang anak-anak keren yang gak punya AC segede kulkas di rumah.
Kami mulai bosan di dalam ruangan ini. Tapi sepertinya ada orang yang terjebak di tempat yang salah. Vina, Icha, n Idama memandangnya dengan penuh kebingungan n Akbar makan tepat didepannya. Setelah gue foto, orang ini menghilang entah kemana.
Akhirnya kami berpindah ke sisi yang lebih dekat dengan landasan pacu. Kalau kalian jeli, dalam foto yang selanjutnya ini ada yang masih melanjutkan aksi rayuan mautnya. Bagi yang kurang jeli tenang saja, akan gue bantu dengan spidol merah.
Firman sebenarnya kurang suka saat disuruh ngefotoin, sehingga dia ngefoto sambil melakukan gaya yang tidak senonoh bagi seorang Imam Kalsel.
Bagi yang gak percaya ini di sebelah landasan pacu, silahkan lihat foto ini.
18.08 WSN (Waktu Syamsudin Noor)
*Delay kampret*
Okay, it's time to flight!
Berangkat menuju Juanda. Pas di pesawat, gak ada yang duduk sesuai nomor kursi. Seakan pesawat milik SMANSA pribadi. Wew, gue mau duduk di sebelah jendela. Sialnya gak dapat. Jadilah gue duduk di sebelah lorong pesawat. Ngelihatin pramugari yang lalu-lalang. Di depan gue banyak yang ngegodain. Di sebelah gue bisik-bisik, "Coba lihat pramugarinya, coba lihat!". Well, dasar anak muda. Hahaha, #ketawagetir.
18.04 WJ (Waktu Juanda)
*Waktu seakan berjalan mundur*
Begitu sampai di Juanda, kerasa banget bedanya dengan Syamsudin Noor. Begitu keluar dari pesawat ada lorong, jalan terus. Eh gak tahunya masuk bandara. Tanpa perlu menginjak tanah landasan pacu. Teknologi memang berkembang. Tapi, suasananya cukup mencekam. Selain karena sudah Maghrib, ternyata di luar suasananya lagi hujan.
Tapi suasana di Juanda begitu hingar-bingar. Setelah shalat Maghrib, rombongan melanjutkan perjalanan menuju bis. 2 bis yang akan membawa kami Sepertinya sudah siap menunggu di luar dengan keadaan gerimis.
Dengan membawa koper, masing-masing dari kami menuju bis. Pembagian sudah dilaksanakan jauh-jauh hari. Alam 1 dengan Sosial 1, Alam 2 dengan Sosial 2. Waktu pertama di bis ini agak berantakan duduknya karena belum teratur. Hingga bis menuju suatu rumah makan. Pengembaraan pun bermula.
19.36 WGA (Waktu Gempol Asri)
20.33 WHG (Waktu Hape Gue)
Rumah makan! Gila, tempatnya luas banget. Kelihatannya memang didesain untuk rombongan. Waktu datang makanan udah tersedia di meja tengah. Prasmanan, ambil sendiri. Di berbagai penjuru ada stop kontak buat nge-charge hape. Gue baru pertama kali ke tempat seperti ini, jadi rada takjub.
Gue mutusin untuk shalat dulu. Mushallanya seperti nama rumahmakannya, asri. Outdoor dengan kesejukan yang mendalam. Setelah selesai shalat, gue n teman-teman S.W.A.T. baru mulai makan. Antrian makan masih penuh walau gak sepenuh waktu datang tadi. Semua makan dengan lahap. Gue rasa makanannya cukup enak, ada mi goreng, ayam goreng, tahu goreng, tempe goreng, n cap cay. Seperti biasa gue makan paling banyak di antara yang lain.
Beberapa cuplikan pasca makan.
Selesai makan, saatnya melanjutkan perjalanan menuju Banyuwangi untuk menyeberang ke Bali. Bis sepertinya sudah selesai makan juga sehingga terkesan fit n energetik.
Setelah dari Gempol Asri inilah tempat duduk di bis sudah fix. Gue duduk di sebelah jendela, sebelah gue Ely, sebelahnya lagi kalau gak salah Lila. Di tengah suasana hiruk-pikuk nyari tempat duduk, gue nyempetin foto.
Percaya atau tidak, televisi yang saya lingkari itu hanya pernah dinyalakan saat hari pertama ini saja. Sampai
23.59 WHG (Waktu Hape Gue)
Bis sudah menempuh perjalanan yang cukup jauh n gue gak bisa tidur malam itu. Pemandangan malam di luar jendela sangat menarik. N ada sebuah bangunan yang sangat terang benderang. Kata Tour Guide-nya, itu adalah "Mega Project Phython". Gue sampai sekarang gak tahu persis apa itu. Kemungkinan adalah pembangkit listrik?
Tanggal 05 Januari 2009 pun berlalu, perjalanan dimulai.
sambung lagi zar
BalasHapustentang bis yang pecah ban
di bali dan ke gresik juga
hweeeww...kangen...pengen jalan2 bareng lagi...ckck
BalasHapushuaaaaaa sediiiiiiiiiiiiiiiiiiihhhh T,T
BalasHapusmantab gan..teruskan lagi sampai tamat
BalasHapusTunggu aja kelanjutannya ya. Sabar teman-teman!
BalasHapus