Selasa, 14 Mei 2013

Banjarmasin Tak Pernah Sekejam Ini pada Alif

Tersebutlah seorang anak bernama Alif. Dia sedang berlibur di Banjarmasin. Suatu hari dia pergi ke mini-market untuk membeli galon air. Setelah itu, dia pun pulang ke tempat keluarga tempat dia menginap. Sebut saja di daerah Duta Mall.

Kondisi jalan di Banjarmasin sedang semrawut karena pembangunan fly-over. Selain macet, jalur perjalanan juga berubah. Hal ini dirasakan tante si Alif yang merasa pengen pensiun karena rumah beliau di Teluk Dalam n kantor beliau di dekat gerbang kota yang notabene melewati pembangunan fly-over.

Keesokan harinya Alif pergi membeli susu. Dia berencana membeli di mini-market kemarin, di daerah Kuripan. Sayangnya uang Alif kurang, jadi dia memutuskan mengambil uang di ATM BRI di Kantor Wilayah, yang berlokasi beberapa meter sebelum pembangunan fly-over.

Karena baru pertama kali mau masuk KanWil BRI tersebut, Alif menjadi linglung. Dia melihat gerbang yang terbuka, tapi jarak ATM-nya jauh dari gerbang tersebut. Yang dekat adalah pos satpam. Karena itu Alif bergerak maju lagi sedikit, mendekati jalan yang ada suatu jembatan. Di ujung jembatan itulah ATM berada, tapi apa daya ternyata jembatan itu untuk gerbang keluar n di malam hari itu gerbangnya tutup.

Sialnya, Alif adalah seorang pengendara yang budiman. Dia tidak mau membahayakan pengguna jalan lain *n juga dirinya*. Jadi dia tidak memutar motor paksa. Ada dua pilihan jalan, belok kiri di belokan selanjutnya atau berbalik arah di pembangunan fly-over. Alif yang pemalas untuk berputar memilih berbelok ke kiri. Dengan harapan keluar di Kuripan n kembali ke ATM BRI depan KanWil.

Kesialan berlanjut bagi Alif, di penghujung jalan panjang tempat dia berbelok tadi, ternyata tidak bisa belok ke kiri. Harus belok ke kanan alias harus keluar kota. Kembali ada dua pilihan, apakah Alif akan keluar kota melalui Gatot atau masuk Sultan Adam kemudian menuju UnLam Banjarmasin. Tapi Alif berpikir ngapain ke UnLam Banjarmasin, secara dia tidak punya ATM BNI. Akhirnya dengan berat langkah n meratapi nasib Alif menuju Gatot.

Alif berhasil keluar kota, tapi bukan ini yang dia inginkan. Akhirnya dia berbalik arah, masuk kota lagi. Alif merasa ini bodoh, tapi belum saatnya pulang ke Martapura. Setelah melewati kemacetan gila n waktu terbuang percuma. Malam itu, sekali lagi Alif menuju ATM BRI di KanWil.

Setelah mengambil uang alakadarnya, Alif kembali berpikir apakah dia akan belok kiri atau memutar dekat pembangunan fly-over. Meskipun merasa malas untuk berputar, entah kenapa dia berputar juga. Sepertinya dia baru saja mengalami pengalaman buruk.

Setelah berputar, Alif berjalan terus, menunggu lampu merah hingga memasuki Kuripan. Akhirnya dia berhasil sampai ke mini-market yang dia datangi tempo hari.

Sambil mengumpat, sumpah serapah, segala kesialan yang hari ini datang. Saat di depan mini-market tersebut ada ATM BRI. Poor you Alif.

2 komentar: