Semakin dekat dengan hari keberangkatan gue, semakin galau. Padahal toh gue gak sampai setahun disana. Bandingkan dengan beberapa teman gue yang mungkin akan mencapai semester 14 n berdiam di kota orang. Tapi benar kata orang-orang tua n muda: gak ada tempat seindah n seenak di rumah sendiri.
Acapkali gue berpikir, mengapa pintu kemana saja hanya khayalan semata. Belum adakah yang bisa menciptakannya? Atau bisakah gue menciptakannya? Atau waktu gue berdoa habis shalat tiba-tiba Doraemon jatuh dari plafon gue. Pengennya gitu, tapi ekspektasi kan jauh dari kenyataan.
Padahal kalau ada pintu kemana saja pasti enak. Kita bisa naik haji, keliling dunia, tugas ke luar kota, kerja di luar kota, hanya dari rumah kita! Bayangkan men! Sangat berguna bukan?
Pada akhirnya, kenyataannya, gue mesti ngekos. Ngekos tidak semudah yang dipikirkan anak manja seperti gue yang ketika tiba jam makan segera makan n biasa mandi sembarang waktu. Ngekos tentu membutuhkan keahlian penguasaan uang yang baik n pengelolaan waktu yang efisien. Harus bisa membagi waktu antara makan, mengerjakan tugas, makan, tidur, mandi, kuliah, n makan. Belum lagi mencuci, menyetrika, n hura-hura. Hha.
Mungkin semua ini hanya perasaan semu yang melanda setiap orang saat akan ngekos n meninggalkan keluarganya. Suatu saat mungkin perasaan rindu itu akan muncul n menggelinjang dalam dada. Seperti yang sering gue baca di Twitter ataupun status BBM. Tapi semua itu demi cita-cita yang mesti dikejar bukan?
Setiap pilihan pasti ada resiko, ada pengorbanan. Kalau kita memilih sebuah baju misalnya, ada dua pilihan apakah baju itu berlubang atau tidak. Kalau tidak berlubang berarti Anda rugi. Bingung?
Dulu gue pengen banget ngerasain hidup ngekos, tapi saat pasti ngekos kok gue malah jadi pengen di rumah aja ya? Hha. Dasar manusia. Yang pasti kalau gue mulai ngekos ntar, gue akan sangat jarang internetan, gak kaya sekarang.
Kesimpulannya, akan sangat jarang kecuali Anda sudah menikah. Bahkan bagi yang punya pacar saja tentu akan lebih memilih cita-citanya n menyuruh terkadang memaksa sang cinta untuk menunggu. Dengan janji-janji dari lidah yang tak bertulang. Menimbulkan suatu hubungan yang disebut umat manusia sekarang LDR.
Setahu gue LDR adalah omong kosong luar biasa. Entahlah gue juga gak tahu alasannya. Itu seperti menanyakan ke gue mengapa manusia berkeringat saat berlari, gue juga gak tahu.
Tapi bagaimana dengan cinta yang tumbuh setahun ini? Rindu terkadang adalah pupuk yang meninggikan pohon kasih sayang.
Tenang saja, bulan di Banjarbaru dengan bulan di Balikpapan sama kok. Sampaikan saja rindu lo lewat bulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar