Sejak Mesjid Pancasila di lampu merah Sekumpul, Martapura dipugar gue selalu shalat Jumat di mesjid belakang komplek rumah gue. Selama ini semua lancar aja sampai hari ini gue dikerjain secara mutlak.
Tidak seperti biasa ada beberapa kameramen di dalam mesjid. Gue mengira SBY shalat Jumat disini berhubung beliau hari ini ulang tahun. Kalau shalat di Jakarta takutnya banyak pejabat yang minta traktir. Rupanya bukan, stasiun TV lokal yang sering nayangin shalat Jumat sedang meliput mesjid ini.
Setelah selesai shalat, seperti biasa gue berdoa lalu pulang. Keanehan pun terjadi.
Di teras mesjid gue disambut kameramen yang merekam orang-orang yang keluar mesjid. Gue yang jaim tentu saja gak nyari-nyari perhatian misalnya tiba-tiba kayang atau minimal ngupil. Gue mau langsung pulang.
Seingat gue, gue naruh sendal tepat di depan teras mesjid. Kok gak ada? Gue pandangin sendal-sendal yang numpuk, kali aja ada di bawah. Gak ada. Gue mondar-mandir keliling teras mesjid. Gak ada. Gue pura-pura nyuri kotak amal. Gak ngaruh.
Buruknya, gue keliling-keliling nyari sendal itu TEPAT DI DEPAN KAMERA. Seolah-olah gue remaja labil yang baru putus cinta n berusaha menarik perhatian biar bisa masuk TV. Ironis.
Gue udah keringat dingin, selangkangan udah basah. Tiba-tiba ada beberapa orang yang naruh 1 dus Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga sponsor dari TV lokal tersebut. Jamaah yang pulang disuruh ngambil. Gue yang masih panik boro-boro mau ngambil, pokoknya harus nemu sendal dulu baru tenang.
Terbersit pikiran jahat. Antara pulang gak pakai sendal atau nyuri sendal orang. Setan kayaknya lebih kuat sehingga gue mulai lihat-lihat sendal yang ukuran besar. Kameramen masih menyorot gue n gue sudah masang tampang seinosen mungkin biar gak kelihatan nyuri.
Waktu mau masang sendal calon curian, mendadak seseorang nyolek gue. Dengan janggut, kelihatannya dia pengurus mesjid.
"Mas, mas, nyari sendal?" Dia berbisik seolah-olah calo tiket.
"Ng, iya." Malu-malu dengan badan yang udah mandi keringat gue ngaku. Kali aja ni orang adalah staf TV lokal n mau ngasih sendal gratis.
"Maaf sebelumnya kalau saya lancang Mas, tapi sendalnya saya taruh di tempat penitipan." Orang itu menunjuk sebuah lemari besar yang polisi pun gak akan tahu itu rak sendal.
"Lain kali langsung taruh disitu ya Mas." Dia bicara seolah-olah gue orang yang bersalah. Padahal gue adalah korban.
"Maaf gak izin dulu ya Mas."
Iya, iya. Gue udah mau nyolong tahu. Syukurlah gak jadi. N waktu mau ngambil Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga gratis, ternyata udah habis. Nasib.
Nantikan gue yang keliling-keliling teras mesjid di Banjar TV.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar