Rata-rata teman-teman gue adalah orang-orang yang berani menegur gue lebih dulu karena entah apa dalam diri gue yang bikin gue malu negur orang duluan. Bahkan untuk sekedar salaman habis shalat Jumat aja gue malu. Nah lho. Kayaknya gue mesti periksa ke psikiater.
Hal ini sungguh merepotkan saat gue lihat cewek cantik. Toh kenalan ke cowok aja gue malu-malu. Apalagi ke cewek. Secara naluriah, cewek mana juga yang berani ngajak kenalan cowok duluan. Biasanya cewek yang berani ambil langkah pertama adalah tipikal cewek hiperaktif
Atas dasar kenal-di-OSIS-MPK itulah gue berani sekedar nulis di wall Friendster-nya (dulu masih zaman), ngomen status Facebook-nya, atau retweet tweet Twitter-nya.
Seiring berkembangnya zaman, jejaring sosial membuat gue mengenal orang-orang yang bahkan gue belum kenal di dunia nyata. Rata-rata adik kelas gue yang mungkin gue pernah ketemu tapi gue lupa. Bahkan setelah gue lihat fotonya juga gue masih gak ingat dan bertanya-tanya "ini siapa ya?"
Anehnya, gue juga gak berani buat kenalan duluan sekedar nanya, "hai, ini siapa ya?" Takutnya gue dibalas gini, "quuuwh. . . aDdiieEgh cL4s qoqooh lOoOocChH. . ." Indikasi 4LAy akut. Bukannya gue diskriminatif, tetapi gue takut dia gak paham bahasa gue yang apa adanya ini.
Salah satu adik kelas gue yang sekarang sering gue retweet Twitter-nya atau komen di status Facebook-nya berawal dari komentarnya ke gambar Zudomon yang gue gambar sendiri terus gue upload di Facebook. Gambar gue yang keren luar biasa itu dibilang lucu. Waktu itu gue gak tahu n sama sekali lupa sambil mikir "lo siapa?" Gue lihat foto profilnya, masih lupa. Yasudah. Akhirnya sekarang malah kenal walau gak pernah ketemu.
Lain lagi dengan seorang adik kelas gue yang sering curhat di Blackberry Messenger. Gue tahu orangnya, ketemu pernah, tapi gak pernah ngomong, negur aja gak. Entah darimana awalnya gue juga lupa, secara BBM dia malah sering cerita n curhat. Hha. Karena gue orangnya baik hati n suka meladeni orang yang bercerita n curhat, dengan senang hati gue tanggapi.
Mungkin masih banyak lagi, tapi gue lupa detilnya. Yang jelas, teknologi membuat orang saling mengenal walau belum pernah bertemu secara langsung. Ironisnya, hubungan seperti ini biasanya menjadi kaku saat kita bertemu secara langsung dengan orang yang sering kita hubungi melalui Facebook, Twitter dan yang lainnya. Seenggaknya menurut gue kita telah memperluas jangkauan silaturahmi, meskipun secara maya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar